Sejarah Bukit Golgota memiliki perjalanan yang cukup panjang dan penting bagi peradaban manusia khususnya untuk penganut agama Kristen. Bagi penganut ajaran Kristen, bukit ini dipercaya sebagai tempat dimana Yesus disalibkan. Bukit Golgota terletak di kota Yerusalem yang merupakan kota tertua di dunia, sekaligus merupakan kota suci dari 3 agama besar dunia. Tepatnya Bukit Golgota berada di dekat tembok Yerusalem kota lama di bagian luar yang berdekatan dengan gerbang masuk para peziarah.
Sebagai tempat bersejarah, nama Golgota sendiri memiliki arti yang penuh makna. Meski bukit ini terletak di daerah Timur Tengah, namun nama Golgota sendiri diambil dari bahasa Yunani yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti “tengkorak”. Nama tersebut merupakan penyesuaian dari bentuk bukit yang berbentuk bulat seperti tengkorak. Selain dikenal dengan nama Golgota, bukit ini kerap dijuluki sebagai “Kalvari”, diambil dari bahasa Latin yang memiliki arti tempat tengkorak.
Pada setiap tahunnya, jutaan umat Kristen rutin mengunjungi tempat bersejarah ini untuk berziarah atau sekadar berwisata. Hal ini dikarenakan Bukit Golgota merupakan situs bersejarah peninggalan agama Kristen pada masa lampau. Bagi umat beragama Kristen, Bukit Golgota memiliki nilai sejarah yang tak ternilai harganya. Nah untuk mengetahui lebih dalam, mari simak artikel di bawah ini yang akan menjelaskan sejarah Bukit Golgota.
Perjalanan sejarah Bukit Golgota
Sejarah berdasarkan kitab Injil
Penamaan Golgota pada bukit ini yang memiliki arti tengkorak, tidak lepas dari sejarah yang pernah terjadi pada masa lampau. Umat Kristen meyakini bahwa di masa lampau Bukit Golgota merupakan tempat dimana Yesus sang juru selamat disalibkan dan dikuburkan untuk menebus semua dosa umatnya dengan darah Yesus sendiri.
Selain itu di bukit ini juga merupakan tempat pelaksanaan hukuman mati dan dikuburkan. Di dalam kitab Injil pula membenarkan Golgota sebagai tempat Yesus disalibkan, Injil Yohanes merupakan kitab yang menyebutkan Golgota sebagai tempat disalibkannya sang juru selamat. Kitab Injil Yohanes menyebutkan: “Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak,”. Dengan hal ini pula semakin menguatkan bahwa Yesus sang juru selamat benar dimakamkan di Bukit Golgota.
Selain terdapat di kitab Injil Yohanes, tempat penyaliban Yesus yang berada di Golgota sendiri dicatat di dalam semua kitab Injil perjanjian baru lainnya seperti yang terdapat pada Injil Matius yang menyebutkan “Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak”. Lalu terdapat juga di kitab Injil Markus yang menyebutkan “Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak.”,. Tak terkecuali kitab Injil Lukas yang menyebutkan “Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya”.
Dengan demikian semakin menguatkan kepercayaan umat Kristiani yang meyakini bahwa di Bukit Golgotalah Yesus disalib dan dikuburkan.
Sejarah Bukit Golgota era Romawi
Di dalam sejarah juga tercatat bahwa di lokasi tersebut kekaisar Romawi yang dipimpin oleh Kaisar Hadrian pernah membangun kuil dewi Yupiter tepat di atas Bukit Golgota dan altar bagi dewi Venus di atas makam Yesus dikuburkan. Diperkirakan hal ini terjadi pada tahun 135 dimana Yerusalem kala itu dikuasai oleh Kekaisaran Romawi. Sang kaisar membangun kuil ini guna memusnahkan kepercayaan umat Kristen dan jemaat-Nya.
Lalu berselang lama Konstantin yang merupakan koloni kerajaan Romawi dibawah pimpinan kaisar Konstantinus Agung. Agama Kristen menjadi agama dominan di kekaisaran Romawi. Kemudian Konstantin membangun sebuah basilika yang menghubungkan ketiga tempat kudus, yakni kubur Yesus, Golgota, dan gua tempat dimana salib Kristus ditemukan.
Selain itu 2 abad berselang, ibu dari Kaisar Konstantin saat itu yang bernama St. Helena melakukan perjalanan ke Yerusalem. Perjalanan St. Helena sendiri berdasarkan wahyu yang ia terima. Wahyu tersebut memerintahkan ia membersihkan daerah kubur Yesus dan kelak ia akan menemukannya. Pada saat pencariannya, St. Helena dipersulit oleh orang-orang Yahudi yang menyembunyikan salib Kristus di sebuah sumur. Namun seiring berjalannya waktu St. Helena menemukan 3 salib tersebut yang Salah satunya terdapat naskah yang masih terpaku bertuliskan INRI. Setelah penemuan tersebut, St. Helena dan Konstantinus membangun basilika megah dengan kubur Yesus. Basilika tersebut sekarang dikenal dengan Gereja Holy Sepulchre. Kemudian ia juga melarang bagi para umat Yahudi memasuki Yerusalem.
Perebutan kekuasaan atas Yerusalem
Gereja Holy Sepulchre sendiri sering mengalami renovasi akibat penghancuran karena perang yang terjadi. Hingga pada puncaknya ketika Yerusalem dikuasai pemerintahan Muslim yang kemudian menjadi motivasi perang dahsyat yang dinamakan perang salib pada abad ke-11. Perang tersebut dilandaskan dari keinginan umat Kristen yang ingin menguasai kembali Yerusalem sebagai kota sucinya. Sedangkan masukan Muslim sendiri tetap bersikeras mempertahankan Yerusalem karena mereka juga menganggap Yerusalem sebagai tempat suci mereka yang dikenal dengan Al-quds. Di sisi lain bangsa Yahudi juga menginginkan kekuasaan atas Yerusalem yang diyakini mereka sebagai tanah yang Tuhan janjikan kepada mereka.
Kekuasaan atas Yerusalem yang silih berganti membuat gereja Holy Sepulchre hancur akibat perang dan bencana alam yang terjadi. Selain itu, tempat itu dibagi menjadi enam kepemilikan komunitas Kristiani yang berbeda, yaitu milik komunitas Yunani Orthodox, Armenian, Fransiskan (dari Gereja Katolik), Ethiophian, Koptik, dan Syrian Jacobites. Lalu pada tahun 195 semua komunitas tersebut sepakat untuk kemudian merenovasi ulang bersama Gereja Holy Sepulchre. Kemudian Gereja Holy Sepulchre tetap terjaga hingga kini meski perebutan kekuasaan atas Yerusalem tak kunjung usai.
Keraguan sejarah Bukit Golgota oleh Gereja Protestan
Meski Gereja Holy Sepulchre sudah diyakini sebagai lokasi kubur kudus dan tempat penyaliban Yesus sejak berabad-abad silam, gereja Protestan menyatakan keraguannya pada abad ke-19. Charles George Gordon yang merupakan Jendral tentara Inggris yang datang ke Yerusalem di tahun 1883 merupakan tokoh Protestan yang mengatakan bahwa lokasi penyaliban dan kuburan Yesus berada di lokasi sebelah utara kota tua Yerusalem, yang kini dikenal dengan nama Garden Tombs. Pendapat Charles George Gordon sendiri didasari ketika ia melihat ke arah bukit utara gerbang Damaskus yang menurutnya lebih menyerupai tengkorak dari pada lokasi Gereja Holy Sepulchre.
Keraguan Gordon terhadap lokasi penyaliban dan kuburan Yesus membuat terjadinya perpecahan pada komunitas Protestan dan Katolik yang terjadi hingga kini. Dengan demikian masing-masing penganut gereja Protestan dan Katolik memiliki pemahaman yang berbeda tentang lokasi penyaliban dan kuburan Yesus.
Nah demikian sejarah panjang dari Bukit Golgota yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi umat Kristen. Meski terjadi perbedaan pendapat antara penganut gereja Protestan dan Katolik, tidak membuat nilai sejarah dari Bukit Golgota memudar. Setiap tahunnya Bukit Golgota selalu didatangi jutaan peziarah umat Kristen yang berkunjung.